SCNewsMedia|| BLITAR – Pergelaran wayang kulit semalam suntuk, mewarnai kegiatan puncak acara Bersih Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Rabu, (14/06/2023).
Perlu diketahui, bahwasanya Bersih Desa merupakan tradisi tahunan yang digelar, setiap bulan Selo, pada penanggalan Jawa. Artinya, Pemerintah Desa (Pemdes) Rejowinangun Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar, ingin membersihkan suasana negatif di wilayah desanya agar selalu mendapatkan perlindungan Allah SWT.
Kepala Desa Rejowinangun Bhagas Wigasto mengatakan, kegiatan bersih desa adalah wujud rasa syukur atas berkah dan karunia Allah SWT. Warga Desa Rejowinangun mengucapkan syukur atas berkah kesehatan dan keselamatan.
“Bersih Desa ini mendorong warga Rejowinangun, agar bisa memberikan manfaat kepada yang lain, serta mempertahankan kehidupan yang guyub, rukun dan gotong royong”, ucap Kades Rejowinangun.
Bhagas menambahkan, dalam acara pergelaran Wayang Kulit yang mengangkat lakon “Parikesit Jumeneng Ratu” atau “Parikesit Menjadi Pemimpin”, dimulai pada pukul 20.00 WIB atau jam 8 malam.
Dalam pergelaran tersebut, dikisahkan seorang tokoh pewayangan yang bernama Parikesit, yang merupakan cucu dari Arjuna dan anak dari Abimanyu dengan Dewi Utari dari negeri Wirata.
Setelah perang Bharatayuda usai, dan Pandawa menjadi pemenangnya, maka pimpinan kerajaan Astina beralih ketangan Pandawa. Tahta berada di tangan Prabu Puntadewa atau Prabu Kalimataya, yang berjalan selama kurun waktu 15 tahun. Kemudian kekuasaan atas kerajaan Astina beralih kepada Parikesit.
Dalam kisah ini, yang menjadi pertanyaan, mengapa tahta Kerajaan Astina, tidak turun kepada cucu Puntadewa sendiri? Hal ini disebabkan, karena latar belakang sejarah yang terkait masalah penetapan calon Raja Astina dimasa yang akan datang.
Dimana pada saat sebelum perang Bharatayuda, ada sebuah penetapan dari para dewa di kahyangan, yang menurunkan wahyu “Cakraningrat” ke bumi. Dan bagi siapa saja yang dapat menerima wahyu itu, maka dikemudian hari akan berhak atas tahta Bumi Astina.
Kebetulan wahyu tersebut jatuh kepada Abimanyu putra Arjuna. Namun, seiring berjalannya waktu, Abimanyu gugur dalam perang Bharatayuda, oleh karena melindungi Puntadewa yang diserang oleh pasukan Kurawa. Maka oleh sebab itu, hak akan tahta untuknya beralih kepada puteranya, yang kebetulan lahir tepat pada saat usainya perang Bharatayuda.
Sementara, tampuk pimpinan Kerajaan Astina berada ditangan Puntadewa, kemudian Prabu Baladewa atau Begawan Curiganata ditugaskan untuk mendidik dan membina Parikesit sebagai putra mahkota.
Parikesit diangkat menjadi Raja Astina melalui proses pendadaran atau proses kaderisasi dan regenerasi yang dipersiapkan secara matang. Sebuah suksesi yang terprogram, damai, elegan dan tanpa gejolak.
Ajaran “Kautamaning Prabu”, diberikan dan diwariskan oleh Pandawa kepada Parikesit, hingga proses regenerasi dan suksesi tersebut berlangsung alami dan damai.
Dari Pergelaran Wayang Kulit “Parikesit Jumeneng Ratu”, yang berlangsung di Balai Desa Rejowinangun, yang berakhir pada pukul 23.00 WIB, atau lebih tepatnya pada jam 11 kemarin malam, tersirat berbagai khasanah “local wisdom” Indonesia, terutama seni pewayangan yang kaya sekali dengan “nitisastra”, atau ajaran moral tentang keutamaan seorang pemimpin negara.
Sehingga, momen Balai Desa Rejowinangun menggelar acara Wayang Kulit dengan lakon “Parikesit Jumeneng Ratu”, ini sangatlah tepat apabila dikorelasikan, dalam menyongsong tahun politik atau Pemilu 2024 mendatang.
“Karena didalamnya terdapat ajaran kepemimpinan dari sebuah sistem suksesi yang merupakan kearifan lokal budaya bangsa Indonesia, Dan sekarang telah banyak dilupakan oleh para pemimpin bangsa ini”, papar Bhagas.
Bhagas Berharap, melalui bersih desa ini, diharapkan masyarakat Rejowinangun dan sekitarnya, bisa hidup semakin tentram, tidak ada halangan suatu apapun dan selalu dalam lindungan Allah SWT, serta senantiasa diberikan kesehatan, kelancaran dan kemudahan rezeki yang barokah.
“Alhamdulillah, agenda bersih desa kali ini berjalan lancar, semoga kedepan bisa membawa serta menambahkan tali silaturahmi antar warga”, harap Kades Bhagas.
Suksesnya agenda bersih desa ini tak lepas dari kerja sama panitia, mulai unsur tokoh masyarakat, perangkat desa, beserta BPD, LPMD, RT/RW, yang sebelumnya merancang agenda bersih desa melalui musyawarah desa (Musdes).
Perlu diketahui, dalam acara Bersih Desa ini, antusiasme masyarakat Desa Rejowinangun dalam memeriahkan acara bersih desa sangat tinggi.
“Terima kasih untuk panitia dan masyarakat desa Rejowinangun”, Pungkas Bhagas. (Gus Herman)